Sabtu, 22 Mei 2010

DFD

PAHRUL SIAPA ?

PAHRUL MANUSIA ANEH

PAHRUL SIAPA ?

PAHRUL MANUSIA ANEH

ASADASFDSFDGFHGGHJHGJHKJKLL

perguruan kurang mengandung unsur wibawa/tidak berwibawa maka diganti dengan nama baru yang telah dicoba untuk dipromosikan dan mampu menarik peminat. Guru Utama melihat bahwa ternyata orang-orang lebih tertarik dengan nama perguruan silat yang lebih berbau kasepuhan/zaman dahulu. Maka dengan mantap Guru Utama menetapkan nama Perguruan Silat Pusaka Raga Kencana menggantikan nama awal Perguruan Silat Baitun Nur dengan harapan selain mampu menarik peminat juga cita-citanya dalam syiar agama Islam terlaksana.

Perguruan Silat Pusaka Raga Kencana resmi menjadi anggota aktif Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) pada tahun 1997 (namun waktu itu masih Perguruan Silat Baitun Nur). Pusaka Raga Kencana sendiri mempunyai arti “Pegangan diri yang mampu membawa kepada kedamaian dan keselamatan”.

Persatuan Silat Seni Harimau Pusaka

Aliran Harimau Hijaiyah dari Langkat

Hawa pantai terasa kuat segera kita memasuki pusat kota pesisir Sumatera Utara, Tanjungpura, Langkat. Di keramaian siang hari itu Bang Dudung menghentikan kendaraannya tepat di muka Rumah Makan Gundaling yang sedang ramai pengunjung dan menghampiri seraya mencium tangan dengan khitmad kepada seorang lelaki di dalam.

Langsung orang-orang di sekitarnya heran dan bertanya-tanya ada apa kami orang-orang kota bertemu dengan Pak Keling, begitu julukan lelaki tadi, dan siapa sebenarnya Pak Keling itu. Tanpa memberi penjelasan lebih jauh, langsung kami keluar restoran dan singkat saja Bang Dudung menjelaskan maksud Reporter mencari keberadaan Harimau Langkat yang sangat tersohor namun sulit ditemukan.

Masih banyak tersimpan di penjuru negeri ini ilmu-ilmu silat yang tangguh serta efektif, namun sulit dijumpai begitu saja. Oleh sebab susah ditemukan, apalagi bisa dipelajari seakan ada kesan bahwa ilmu-ilmu tersebut disimpan rapat-rapat oleh para pemiliknya. Banyak alasan untuk tidak begitu saja menyebarkan ilmu-ilmu langka tersebut. Penyebab umum yang sering dijumpai rata-rata adalah penjelasan klasik. Apakah karena sangat berat untuk menekuni latihan rutin yang harus mengorbankan waktu dan biaya besar, atau memang karena tidak boleh diketahui orang lain.

Menurut dokumentasi dan catatan yang ada, di daerah pesisir Sumatera Utara, pernah terjadi sepasukan tentara pendudukan Jepang bersenjata lengkap dikalahkan hanya oleh satu orang yang ternyata kemudian dikenal dengan Harimau Langkat. Teknik tempur dan beladiri Jepang yang biasa tangguh kala itu seperti percuma tanpa guna. Para korban yang jatuh tidak meninggalkan bekas luka atau memar di tubuhnya, hanya sedikit bekas lilitan merah di leher tapi tulang-tulang leher mereka tertarik putus berlepasan.

Tiga puluh tahun kemudian, pada PON ke-IX tahun 1977, di kelas 65-70 kg Tanding Putra juara pertamanya memiliki gaya bertanding yang unik. Bahkan oleh pesilat lain ia seperti dibilang terlalu menantang atau mungkin juga sombong. Si juara tersebut adalah Ahmad Bukhari Ramzan dari Perguruan Harimau Hijaiyah – Langkat, punya pose khas dengan membentangkan kedua tangannya satu ke atas yang lain ke bawah lebar-lebar mengundang serangan lawan setiap posisi bersiap. Dia tidak melakukan kuda-kuda seperti umumnya. Tetapi begitu lawan menyerang apakah dengan tendangan atau pukulan, langsung disambut dengan terkaman paci Harimau Hijaiyah atau jurus kombinasi kait dan gedor yang kuat dan cepat. Bisa pakai apa saja Ramzan melakukannya. Entah sikut, dengkul, lengan atau telapak dan tinju. Gaya lancarkan jurus silat negatif (menunggu serangan) yang disusul hujanan serangan jurus lanjutan sering terlalu merepotkan lawan-lawannya.

Beruntung Reporter diizinkan melihat dan mencoba teknik Harimau Hijaiyah yang sumbernya berasal dari aliran Hijaiyah, Si Harimau Langkat, langsung dari sumber utamanya. Konon guru besar ini telah lebih dari dua belas tahun tidak mau memperagakan ke orang lain. Berkat bantuan murid utamanya beliau akhirnya setuju dipublikasikan.

Kuncian Selendang Harimau Hijaiyah yang nomor berapa tidak dijelaskan oleh Pak Keling, namun begitu Reporter coba lancarkan pukulan kilat lurus pendek ke dagunya dari jarak 60 cm, ia malah maju tidak menangkis atau mengelak. Dibiarkannya serangan yang datang menyerempet dagunya. Yang tidak disangka, seluruh lengan kanan Pak Keling masuk menyelusup cepat ke leher Reporter. Entah kapan ia bergerak ke belakang, siku dalamnya langsung membelit jakun leher berbarengan dengan tendangan atas bawah ke belakang lutut. Keseimbangan Reporter hilang dalam sekejap, sementara tekanan kuat di leher terasa mematikan tidak bisa bernafas. Seluruh vertebrae (tulang belakang) meregang meninggalkan nyeri yang sangat. Mengaduh pun tidak bisa karena tercekik kuat. Bukan main.

Dua puluh lima tahun silam aliran silat Harimau Hijaiyah dari Langkat didirikan oleh Syarifudin bin Mohammad Kahar, yang kemudian oleh penduduk setempat dikenal dengan nama Pak Keling. Awalnya Pak Keling belajar sejak usia remaja kepada Atuk Guru Tua pendiri aliran silat Hijaiyah, Abdul Jalil Hasibuan, yang juga dikenal sebagai Harimau Langkat. Guru Tua yang tinggi ilmu agama dan silatnya ini adalah putera seorang Syekh di perkumpulan tharikat ternama Naksabandiyah, di Kota Pinang, Rantau Prapat, yang bertahun-tahun mengembara menghindari kejaran tentara pendudukan Jepang.

Setelah dinyatakan cukup menjalankan ujian demi ujian berat, Syarifudin yang lahir di akhir tahun 1949 diberi ijazah dan diberi mandat untuk meneruskan dan menyebarkan silat aliran Hijaiyah. Sepulangnya mengikuti pertandingan silat se-ASEAN di Singapura pada bulan Februari 1974, dalam tempo enam bulan dia menggubah gerakan Hijaiyah dengan menyertakan gerakan dan teknik yang diadopsi dari ?harimau?. Untuk kemudian aliran yang dikuasainya itu ditambah namanya menjadi Harimau Hijaiyah.

Jumlah jurus Harimau Hijaiyah ada dua puluh buah, dilengkapi dengan empat kuncian dan satu kuncian emas. Nama-nama jurus sesuai huruf hijaiyah dari Alif, Ba, Ta seterusnya hingga Ya. Kurikulum pengajarannya terbagi dua tahap. Pertama adalah tahap dasar dan menengah, mengajarkan 20 jurus-jurus dasar dan aplikasi (sebagian besar tangan kosong) umumnya dapat ditempuh selama enam bulan.

Tahap lanjutan, berupa pendalaman jurus dan penempaan mental. Metoda pengajaran dilakukan dengan pengawasan satu per satu oleh guru. Dalam tahapan ini mulai si guru mengajarkan jurus atau ilmunya sesuai dengan kesiapan lahir batin muridnya. Belum tentu dari lima orang murid yang ada, misalnya, menguasai ilmu yang sama. ?Kalau perangai muridku masih macam orang jalanan tak mungkin ia dapat nomor kuncian tadi,? jelasnya lebih jauh. Untuk murid-murid khusus seperti dari kalangan angkatan bersenjata, pernah diajari teknik tempur dan perkelahian.

Teknik tersebut dinamakan Tangkisan Sekilat. ?Buat apa kalian serdadu berpayah-payah lama berkelahi. Cepat pakai kunci selendang kami dan jurus tangkisan sekilat. Sebentar saja lawan kalian bisa pindah dunia,? kata Pak Keling mengulang apa yang pernah ia katakan pada peragaan jurus-jurusnya di depan pasukan elit Kopasgat (sekarang Paskhas AU). Dalam aplikasi berkelahi betulan (street fighting) para murid ditekankan agar tak lupa menggunakan Ci?eh Hijaiyah. Ini semacam ilmu yang terlihat pada lirikan mata yang harus mampu membaca gerakan apa yang akan dilontarkan lawan. Digunakan dalam pertandingan olahraga IPSI pun sudah dibuktikan banyak manfaatnya.

Berawal dari lingkungan tempat ia tinggal, secara bertahap aliran Harimau Hijaiyah tersebar ke belahan utara hingga Banda Aceh dan ke negeri tetangga Malaysia. Di Banda Aceh pengajaran aliran dipusatkan di Kampus IAIN Darussalam. Di Malaysia, murid-murid utamanya tersebar di Kuala Lumpur, Johor dan Penang. ?Memang di aliran beladiri mana saja ada gerakan macam punya kami ini, tapi itu umumnya baru sampai Dal, belum lagi Lam Alif atau Ya,? paparnya lebih lanjut ketika menjelaskan bandingan Harimau Hijaiyah dengan beladiri lain.

Di samping para murid utama yang meneruskan ilmu perguruannya Pak Keling kini sudah menyiapkan Eddy Syahputra, putera sulungnya, sebagai pewaris.

Alamat :
Bpk. Syarifudin bin Mhd. Kahar
Jl. Jurung, Tanjungpura, Kabupaten Langkat
Sumatera Utara

Sumber :
Majalah Jurus No.20 / Th.I / Juni 2000

PERGURUAN BELADIRI TENAGA DALAM ISLAM PRANA SAKTI

SEJARAH
PERGURUAN BELADIRI TENAGA DALAM ISLAM
PRANA SAKTI

Perguruan Bela Diri Tenaga Dalam Islam PRANA SAKTI adalah seni bela diri tenaga dalam warisan leluhur bangsa Indonesia yang jurus-jurusnya baik di tingkat dasar maupun di tingkat terakhir berkembang sedemian rupa tanpa campuran dari jurus aliran silat manapun baik dari dalam maupun luar negeri.

Ketika Angkatan 66 bangkit menegakkan Orde Baru, menumpas PKI, tidak sedikit generasi muda yang tergabung dalam angkatan 66 harus berhadapan secara fisik dengan antek-antek Partai Komunis Indonesia (PKI).

Ketika itu, tampillah seorang pemuda, mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) sebagai Ketua Lasykar Aries Margono. Pemuda tersebut bernama Asfanuddin Panjaitan. Bersama rekan-rekannya, mahasiswa UGM, dengan semboyan kuliah sambil berjuang menegakkan Orde Baru, bergabung dengan seluruh kekuatan Angkatan 66 di seluruh Indonesia. Pengalaman demi pengalaman yang ia rasakan membuatnya semakin sadar betapa pentingnya ilmu bela diri dalam menghadapi PKI besrta antek-anteknya yang sadis, biadab dan tidak berperikemanusiaan. Itulah sebabnya, sementara ia meminmpin Laskar Aries Margono, bersama beberapa teman seperjuangannya yang lain, ia memperdalam Ilmu Bela Diri Tenaga Dalam Prana Sakti, yang ternyata dikuasainya dengan sangat baik. Ketika itu, ilmu tenaga dalam Prana Sakti belum dilembagakan dalam suatu bentuk perguruan yang resmi. Beliau bersama rekan-rekannya berguru langsung kepada Guru Besar-nya yang berdiam di Yogyakarta.

Sepak terjangnya dalam menumpas antek-antek komunis dalam G 30 S/PKI sangat mengesankan. Itulah sebabnya Asfanuddin Panjaitan pemuda asal Sumatera Utara ini mendapatkan kesempatan dari Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) untuk mengikuti latihan terjun payung komando di Batujajar. Pada waktu itu Komandan RPKAD adalah Sarwo Edie Wibowo. Setelah anak-anak muda ini selesai mengikuti latihan, mereka dilantik oleh seorang tokoh senior ABRI yang kharismatik, yang kelak dipilih oleh rakyat menjadi Presiden dan bahkan kini bergelar Bapak Pembangunan, Bapak Soeharto. Pemuda Asfanuddin Panjaitan mendapatkan penghargaan dan tercatat dalam Lembaran Negara, karena mendarat tepat pada titik tuju di depan panggung kehormatan.

Waktu berjalan terus, perjuangan demi perjuangan mereka laksanakan bahu-membahu dengan ABRI dan rakyat,hingga pada akhirnya pemuda tadi berhasil menyelesaikan studinya di Fakultas Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Pengalaman demi pengalaman yang didapatkan Drs. Asfanuddin Panjaitan menimbulkan kecintaan yang semakin mendalam terhadap generasi muda. Ia menyadari bahwa untuk mencapai cita-cita kemerdekaan dibutuhkan generasi muda ang tangguh dan terampil, PKI tidak boleh kembali lagi, ujarnya dengan semangat AMPERA. Akan tetapi ternyata dilihatnya generasi muda Indonesia menghadapi krisis penyalah-gunaan narkotika dan obat-obat terlarang lainnya. Kemerosotan moral itu membuat hatinya gundah. Apakah para generasi muda tidak menyadari bahwa perbuatan tersebut tanpa disadari akan meruntuhkan sendi-sendi bangsa Indonesia. Sangat boleh jadi dibalik tindakan peredaran narkotika dan obat-obat terlarang itu tersembunyi niat busuk dari bangsa lain yang hendak menghancurkan bangsa Indonesia. Melihat keadaan itu, marahnya kepada PKI dan di sisi lain cintanya kepada generasi muda, membulatkan tekadnya untuk bergerak dalam dunia pendidikan. Paham komunis dan segala tipu-daya tidak boleh sedikitpun menyentuh jiwa generasi muda. Pemuda harus dibentengi dengan iman dan takwa yang benar-benar terpatri dalam diri dan tercermin dalam segala perbuatan,sikap, tingkah laku, dan pandangan hidup.

Namun ia bukanlah seorang santri, ia bukan pula sarjana IKIP, ia adalah sarjana Sospol. Tetapi ia menguasai ilmu bela diri tenaga dalam. Sementara itu, ia harus tetap menjalankan tekadnya tersebut. Ia pun berpikir dan berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya yang sangat mendalam tentang ilmu tenaga dalam, ia yakin bahwa ilmu ini dapat dimanfaatkan dalam rangka membina iman dan takwa. Tetapi pandangan masyarakat tentang ilmu tenaga dalam masih belum jelas. Sebagian besar masyarakat menganggap tenaga dalam itu perbuatan musyrik. Mereka tanpa pemikiran mendalam, memandang sama semua perguruan tenaga dalam yang ada ketika itu. Padahal masing-masing perguruan tenaga dalam tidak sama prinsip, metode dan jiwanya. Ada perguruan yang bergantung pada kekuatan syetan dengan menjalankan ritual-ritual yang bertentang dengan ajaran Islam. Ada pula yang murni gerakan-gerakan fisik. Sangat sedikit sekali, perguruan beladiri tenaga dalam yang bernafaskan Islam. Akibat ketidakpahaman masyarakat, akhirnya mereka mencampur-adukkan dan menyamaratakan segala bentuk ilmu tenaga dalam dengan menganggap sebagai syirik. Ini kekeliruan yang sangat besar dan tak dapat dimaafkan.

Lama masalah ini dipertimbangkannya. Sampai pada akhirnya ia berketetapan hati untuk menemui Buya Hamka, KH. Ali Maksum dan KH. AR. Fachruddin. Kepada ketiga tokoh ahli agama Islam inilah ia berkonsultasi. Ketiga tokoh inipun dengan segala sifat kebapakan, dengan ketajaman pandangan dan pemikiran serta kedalaman ilmu yang tak diragukan lagi, bukan hanya sekedar memberikan kritik, usul dan saran tetapi juga mencuci dan membersihkan ilmu yangakan dikembangkan oleh Asfanuddin Panjaitan dari hal-hal yang berbau syirik dan hal-hal yang tidak Islami.

Bang Asfan, begitu ia biasa dipanggil dengan sebutan akrab, lantas mengadakan perubahan dalam ilmu tenaga dalam Prana Sakti yang telah diperoleh dari Gurunya. Dengan adanya pembaharuan itu, maka keampuhan jurus-jurus Prana Sakti harus diujicoba ulang. Alhamdulillah berkat ridlo Allah, justeru setelah disesuaikan dengan ajaran-ajaran Islam, jurus Prana Sakti semakin tajam dan dapat dijadikan metode alternatif untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan lahir batin dan dunia akhirat. Metode tersebut diperkuat pula dengan ikrar Prana Sakti :Apapun yang terjadi, sampai saya mati, saya (tetap) berpegang kepada Laa Ilaaha Illallaah. Jadi tampak jelas bahwa ilmu Prana Sakti sejalan dengan Islam. Bahkan sebuah pernyataan yang dari Rektor IAIN Raden Intan Lampung , Drs. P. Tahriri Fatoni, menegaskan bahwa ilmu yang dikembangkan oleh Prana Sakti merupakan ruh tauhid.

Jurus-jurus yang diajarkan oleh Prana Sakti, tanpa disadari oleh para anggotanya, membawa dampak yang sangat baik bagi kebersihan jiwa dan pengembangan kepribadiannya sesuai dengan Sunnatullah. Manfaat yang dapat diperoleh apabila rajin berlatih dengan jurus-jurus Prana Sakti, antara lain :

1. Menumbuhkan semangat persaudaraan dan persatuan.
2. Menanamkan akhlak mulia.
3. Upaya pensucian batin (jiwa).
4. Memperkuat ketahanan jiwa terhadap segala bentuk tekanan jiwa dengan tumbuhnya sifat sabar, tabah, berjiwa besar dan rendah hati.
5. Membina dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia baik fisik maupun mental.

Untuk memahami jurus-jurus Prana Sakti, seseorang harus benar-benar memahami ilmu tauhid, yaitu ilmu yang berkenaan dengan ke-Esaan Allah, baik Esa dalam Sifat, Zat maupun Perbuatan-Nya. Jiwa dan raga secara bersamaan harus menunjukkan manifestasi iman dalam perbuatan nyata dalam bentuk takwa. Dari sini lahirlah sikap dan perbuatan yang berjalan dalam hukum-hukum alam atau Sunnatullah. Sikap yang seperti inilah yang disebut sebagai sikap orang shaleh, yaitu sikap orang-orang yang senantiasa menuruti aturan alam yang telah ditentukan oleh Allah SWT sejak zaman azali ketika alam semesta ini diciptakan. Demikianlah ternyata jurus-jurus Prana Sakti sebenarnya mengikuti hukum alam atau Sunnatullah ini. Sedangkan inti jurus-jurus Prana Sakti adalah kalimat tauhid, yaitu : Laa ilaaha illallaah, pernyataan dan ikrar iman kepada Allah SWT. Itulah sebabnya, dengan menuntut ilmu tenaga dalam Prana Sakti berarti mengembangkan diri agar menjadi orang Islam yang beriman dan beramal shaleh. Iman dan amal shaleh merupakan dua serangkai yang tak boleh dipisahkan agar dapat menjadi muslim yang kaffah, orang yang Islam secara total dan menyeluruh. Dengan prinsip tersebut, Prana Sakti mengambil perannya dalam membina manusia muslim-muslimat yang tangguh dan berakhlak mulia.

Jurus-jurus Prana Sakti tersusun dalam jenjang-jenjang bertingkat. Semakin sempurna dan semakin tinggi jurus-jurus yang telah dicapai seorang anggota, sejalan dengan itu, semakin bertambah pula pemahaman akan ajaran agama Islam yang mungkin tanpa disadari ia lakukan dalam amal perbuatan dan sikap hidupnya. Inilah sistem pendidikan agama Islam yang sungguh unik. Dengan kata lain kenaikan tingkat dan bertambahnya jurus-jurus, berarti peningkatan dalam iman dan takwanya. Bukan hanya peningkatan dalam ibadah mahdlah, seperti shalat, puasa, zakat dan haji (bagi yang mampu), tapi lebih jauh dari itu, ia akan paham tentang hikmah dan hakikat yang tersembunyi di balik semua bentuk ibadah tersebut. Raga melakukan ritual ibadah, kesannya terpatri dalam jiwa. Kesan dalam jiwa inilah yang mampu mengendalikan dan mengarahkan amal perbuatannya sehingga sesuai dan sejalan dengan ajaran Islam. Barangkali ia tidak tahu tentang suatu ayat atau hadits, meskipun ia telah menjalankannya.

Namun alangkah baik lagi bila ia lengkapi pula dengan belajar ilmu agama Islam, agar amalnya lebih bernilai dan bermakna. Karena itu tidak heran apabila setiap anggota Prana Sakti diajak terus-menerus agar rajin menuntut ilmu agama baik langsung maupun tidak langsung, lisan maupun tulisan. Salah satu jalannya adalah dengan mempelajari Al-Qur’an dan Al-Hadits. Sebagai motivasi agar para anggota mau belajar Al-Qur’an, setiap kenaikan tingkat diadakan test membaca dan menterjemahkan surah al-Fatihah dan al-Ikhlash, dan membaca kitab suci Al-Qur’an. Semua itu dijadikan prasyarat bagi siapa saja yang hendak naik tingkat.

Kepada para anggota Prana Sakti selalu dikatakan bahwa Guru Besar Prana Sakti adalah Al-Qur’an, karena Al-Qur’an adalah kalam atau perkataan Allah yang menjelaskan makna serta konsekuensi yang harus dilakukan bagi siapa saja yang telah berikrar Laa ilaaha illallaah. Kalimah Thayyibah ini adalah inti isi kandungan Al-Qur’an, bahkan inti dari ajaran agama yang dibawa oleh para nabi sejak dari Nabi Adam AS sampai Nabi Muhammad SAW. Jadi untuk memahami Prana Sakti, wajib memahami isi kandungan Al-Qur’an dan Sunnatullah. Dalam Al-Qur’an sebagai ayat-ayat tanziliyah dan pada alam semesta sebagai ayat-ayat kauniyah, terdapat kebenaran mutlak dan pasti tanpa keraguan sedikitpun. Kedua macam ayat ini saling terkait satu sama lain dan tidak mungkin bertolak belakang.

Karena itu, anggota paripurna Prana Sakti, yaitu anggota yang telah mencapai tingkat Payung Rasul, adalah anggota yang harus telah mampu menatap dan memandang alam ini baik yang zhahir maupun batin, dengan kaca mata Al-Qur’an. Pada taraf ini kebiasaan memandang Al-Qur’an dengan kacamata awam, harus dirubah dan dibalik, yakni pandanglah alam ini dengan kacamata Al-Qur’an karena Al-Qur’an apabila dijabarkan dengan benar sebenarnya merupakan cerminan dari alam semesta baik yang fisis maupun metafisis. Al-Qur’an bukan sembarang kitab. Ia adalah kitab yang benar karena datang dari Allah Yang Maha Benar, Pencipta alam semesta.

Jurus-jurus Kasaran, tingkat yang paling awal, akan sia-sia apabila diberikan kepada orang yang tidak mau membaca syahadat. Jurus-jurus Halusan akan sia-sia apabila diberikan kepada orang yang belum hapal surah Al-Fatihah dan Al-Ikhlash berikut maknanya. Dalam test kenaikan tingkat, bukan hanya terjemahan yang ditekankan tetapi lebih jauh dari itu harus memahami apa yang terkandung di dalam kedua ayat tersebut. Kenapa Al-Fatihah disebut Ummul-Kitab dan Al-Ikhlash bagaikan sepertiga dari Al-Qur’an, hanya dapat dipahami apabila kita mengerti hikmah yang terkandung di dalamnya. Jurus-jurus Tikahan tidak akan berarti jika diberikan kepada orang yang tidak mengenal Al-Qur’an. Jurus Mahdi tidak akan sempurna bila diberikan kepada orang-orang yang tidak hapal dan mengerti juz ‘Amma. Jurus-jurus Syahbandar tidak berguna bila diberikan kepada ornag itdak mendalami agama Islam, mendalami ilmu-ilmu agama Islam seprti tauhid, fikih, akhlak, tasawuf, tafsir Al-Qur’an, Al-Hadits dan lain-lain ilmu bantu yang menunjang pemahaman untuk mempelajari ilmu-ilmu tersebut. Dan begitu pula, jurus-jurus Payung Rasul akan sia-sia dan tidak berkah bila diberikan kepada orang-orang yang tidak mampu memahami agama Islam dari segala aspek, enggan mengamalkan ilmu yang telah dipelajari, tidak mampu memandang alam dengan segala bentuk kehidupan yang terdapat di dalamnya menurut apa yang telah dijelaskan Allah SWT dalam Al-Qur’an. Bila dibuat kata ringkas, seluruh jurus Prana Sakti tidak akan bermanfaat dan berguna bagi orang yang tidak shalat, karena hikmah yang terdapat dalam shalat sungguh lengkap dan sempurna mencakup segala aspek kehidupan. Bahkan shalat merupakan wujud ketundukan dan penyerahan diri seorang muslim kepada Allah SWT. Jika hal ini telah terbentuk dalam jiwa, yaitu bagi orang yang benar-benar mendirikan shalat, bukan sekedar untuk melepaskan kewajiban belaka, niscaya dapat dipastikan ia termasuk orang-orang yang beriman dan beramal shaleh. Karena itu, amat tepat

T

iya bung, setuju2, setuju bgt, kan demokrasi selalu melindungi kebebasan kita, mereka yang kerjaannya mengengoceh karna belum dapat kesmpatan aja ok

pahrul


Blogger Templates by Isnaini Dot Com. Powered by Blogger and Supported by Urban Designs